Toxic Friendship: Tanda-tanda Pertemanan yang Sudah Harus Dilepaskan

Hey, kamu!

Iya, kamu yang lagi scroll-scroll sambil mikirin teman kamu yang bikin hati jadi sesek. Dan sekarang kamu mungkin lagi bingung dan dalam hati sedang berkecamuk:

"Sebenernya pertemanan aku sama dia ini masih sehat nggak, sih?"

atau...

"Kok setiap habis hangout sama dia, bukannya senang, malah jadi lelah banget ya?"

Toxic Friendship

Tenang kamu nggak sendirian kok, banyak juga yang ngerasain itu. Ngerasa terjebak dalam lingkaran pertemanan yang bikin energi mental kita terkuras habis. Itu yang dinamakan toxic friendship, guys.

Dalam pertemanan, pertemanan yang sehat itu harusnya saling mengisi, bukan saling menguras. Kaya baterai power bank, harus ada give and take-nya. Kalau cuma satu sisi yang selalu nge-charge, ya lama-lama lowbat juga kan?

Oke Sahabasya (Sahabat Agbasya), daripada kamu terus-terusan ngerasa stuck dan nggak karuan, yuk kita cek bareng-bareng 10 tanda toxic friendship yang artinya udah waktunya kamu let it go. Ceklist ini bakal bikin kamu ngeh, "Oh, so that's why!"

Cara Melepaskan Toxic Friendship

Melepaskan teman toxic itu sakit, tapi itu adalah sakit yang sebentar untuk kebahagiaan jangka panjangmu. Kamu bukan orang jahat karena memilih untuk berjalan menjauh dari seseorang yang terus-menerus menyakitimu. Dan ini bagian yang paling susah, tapi paling necessary untuk kesehatan mental kamu. Kamu bisa coba:

  • The Slow Fade: Kamu nggak perlu mutusin secara dramatis. Cukup pelan-pelan menjauh. Balas chat-nya lebih lambat, tolak ajakan hangout dengan halus ("Sorry, sibuk banget nih minggu ini"), dan alihkan energi kamu ke hal-hal lain.
  • Set Boundaries yang Jelas: Jika dia menanyakan kenapa kamu menjauh, kamu bisa jujur dengan kalimat "Aku". Contoh: "Aku lagi perlu waktu sama diri sendiri sih sekarang. Aku juga ngerasa hubungan kita selama ini agak drain energi aku. Sorry ya."
  • Jangan Masuk ke Debat: Dia mungkin akan membela diri atau malah menyalahkan kamu. Kamu nggak perlu masuk ke debat itu. You've made your decision. Stay firm.
  • Isi Kembali Lingkaran Sosial Kamu: Fokus pada teman-teman yang sudah membuat kamu merasa dihargai, atau cari komunitas baru yang sehobi dengan kamu.

1. Kamu yang Selalu Jadi "Therapist" Gratisan. Diapain aja?

Waspadai dengan temen yang seperti ini. Ciri-ciri yang paling kentara adalah:

  • Kamu selalu jadi tempat curhat dia, tapi giliran kamu yang punya masalah... poof... dia hilang bakal disapu magician.
  • Dia bisa call-an berjam-jam nangisin mantan pacarnya.
  • Dia melampiaskan semua kekesalannya ke kamu.
  • Tapi, pas kamu coba cerita tentang betapa stresnya kamu sama kuliah atau kerjaan, jawabannya cuma, "Uh, sorry ya, aku sibuk banget hari ini." atau malah balesnya cuma "Oh." yang bikin hati tambah sakit.

Intinya: This friendship is a one-way street. Jalannya cuma satu: ke arah dia. Kamu cuma tempat pelampiasan, bukan teman yang dihargai perasaannya.

2. Mereka Itu "Energy Vampire". Abis ketemu, malah capek mental.

Pernah nggak, habis nongki atau bahkan cuma chat-an sama dia, kamu malah ngerasa lelah banget, kayak energi kamu habis tersedot? Itu dia namanya energy vampire.

Bukannya senang dan tertawa, malah kamu pulang-pulang bawa pulang rasa cemas, insecure, atau kesal. Pertemanan yang sehat itu harusnya bikin kamu merasa semangat dan positif, bukan diencerin kayak kopi yang keleusan air.

Energy Vampire

3. Mereka Jago Banget Mainin Perasaan (Gaslighting Alert!)

Ini nih yang bahaya. Dia bisa memutar balikkan fakta dan bikin kamu yang merasa salah.

Contoh:
  • Kamu: "Kemaren kamu janji mau video callan buat ngerjain tugas bareng, kok malah ghosting?"
  • Dia: "Waduh, sorry ya. Tapi emangnya kamu nggak bisa kerjain sendiri? Kamu jadi tergantung banget sama aku sih. Lagian kamu juga kemaren kan..."

Duh, jadi kamu yang disalahin? Itu namanya gaslighting. Dia membuat kamu meragukan perasaan dan ingatan kamu sendiri. You deserve better, sis!

4. Mereka Iri dan Nggak Bisa Lihat Kamu Sukses (Hater in Disguise)

Teman yang baik akan ikut senang dan nge-cheer up kesuksesan kamu. Teman yang toxic? Nggak bakalan. Orang seperti ini biasa dijumpai pada saat:

  • Pas kamu dapet nilai bagus, dia bilang, "Wah, dosennya emang baik kali ya."
  • Pas kamu punya pacar baru, dia malah nyindir, "Dia tuh keliatannya kayak player, deh. Hati-hati ya."
  • Dia selalu nemu cara buat nge-minimize pencapaian kamu dan make you feel small.

Intinya, dia merasa terancam dengan kesuksesan kamu. A true friend would celebrate your wins as if it's their own.

5. Kamu Selalu Jadi "Plan B" atau Cadangan

Dia baru ngajak kamu jalan kalo teman-teman utamanya lagi pada sibuk. You're the last option. Kamu cuma jadi placeholder atau pengisi waktu luang.

Kalo ada yang lebih seru, dia bakal cancel plan dengan kamu tanpa rasa bersalah. Kalo dia butuh sesuatu, baru deh dia dateng. Kaya hujan, datengnya pas lagi dibutuhin aja. Sad, but true.

6. Semua Hal Selalu tentang Dia.

Setiap obrolan, pasti ujung-ujungnya berputar ke masalah dia, pencapaian dia, kehidupan dia. Kamu cuma jadi audience-nya. Coba deh diingat-ingat, kapan terakhir kali dia tanya:

"Kamu gimana? Kabar kamu baik-baik aja?" dengan tulus? Kalo jarang banget atau malah nggak pernah, yah... that's a huge red flag.

7. Mereka Sering Menghakimi dan Nggak Supportif

Kamu pengen coba hal baru, ikut lomba, atau ganti style rambut. Alih-alih dukungan, yang kamu dapet malah komentar judgy.

"Ah, kamu mah nggak bakal bisa lah." atau "Style rambut kayak gitu cocoknya sama dia, bukan sama kamu."

Teman yang baik akan mendukung minat dan keputusan kamu (selagi itu positif), bahkan jika itu bukan selera mereka. Mereka ingin kamu tumbuh, bukan menyurutkan semangat kamu.

8. Kamu Harus Selalu Menjadi Versi Palsu dari Diri Sendiri

Kamu ngerasa harus filter setiap perkataan, setiap tingkah laku, atau bahkan selera musik kamu ketika bersamanya. You can't be your true, weird, authentic self.

Pertemanan sejati itu adalah tempat di mana kamu bisa jadi diri sendiri tanpa takut dihakimi. Kalo sama dia kamu harus jadi orang lain, apa itu masih worth it?

9. Drama adalah Makanan Sehari-hari

Hidupnya selalu penuh drama dan konflik. Dan kamu selalu terseret ke dalamnya. Selalu ada aja masalah, selalu ada aja orang yang "jahat" padanya. Awalnya kamu kasian, tapi lama-lama kamu capek. Kamu ngerasa kayak lagi jadi pemain di sinetron yang nggak jelas endingnya.

10. Naluri (Gut Feeling) Kamu Sudah Bilang "Ini Nggak Baik"

Sometimes, your body knows before your brain does. Kamu ngerasa cemas setiap kali ada notifikasi dari dia. Kamu ngerasa lega sekali kalo dia cancel janji. Perasaan kamu adalah alarm terkuat.

Trust your gut. Jika hati kecil kamu terus-terusan berteriak bahwa ini hubungan yang nggak sehat, besar kemungkinan dia memang benar.

You are not a bad person for choosing your peace. So, what do you think? Dari semua tanda toxic friendship di atas, mana nih yang paling sering kamu alami? Share di kolom komentar ya tanpa sebut nama. Dan inget ya, you're not alone in this.

Posting Komentar untuk "Toxic Friendship: Tanda-tanda Pertemanan yang Sudah Harus Dilepaskan"